• Antara Aku dan Rokok-Rokokku..
  • Jeritan Akan Keadaan..
  • Dan dunia yang semakin sesak..

Tentang Karikatur

Dalam tulisan saya kali ini saya akan mengulas sedikit tentang bagaimanakah proses pembuatan karikatur itu. Pendeknya, pengertian karikatur adalah gambar yang dilebih-lebihkan pada bagian wajahnya. Tujuan dibuatnya karikatur adalah untuk menyindir seseorang. Misalnya orang dengan hidung mancung, maka digambar berhidung panjang sekalian. Hal itu sah-sah saja dilakukan, tidak ada yang melarangnya. Kalau matanya sipit sekalian dibuat aja cuma segaris.

Mendistorsi gambar sangat diperbolehkan di sini. Bahkan semakin liar bisa jadi semakin unik dan khas.

Hal terpenting dalam membuat karikatur adalah bagaimanakah caranya membuat gambar tersebut mirip dengan obyek yang kita maksud. Karikatur biasanya menggambarkan seorang tokoh terkenal seperti presiden, artis atau public figure lainnya. Tapi tidak ada salahnya juga orang biasa dibuatkan karikaturnya. Asal mirip saya pikir sudah cukup.

Saya mengamati ada salah satu blogger yang beberapa kali dalam postingannya memuat karikatur. Siapa itu? Dia adalah Goenrock, blogger Jakarta yang rajin ikut kopdar itu. Kreatif bukan?


Alat dan Bahan
Kita bisa membuat karikatur dengan banyak cara dan mungkin semua media yang ada dalam wilayah kajian seni rupa. Alat gambar mulai dari pensil, spidol, airbrush, kapur tulis, rapido, konte, drawing pen hingga bolpen bisa kita pakai. Komputer termasuk alat? Iya menurut saya. Karena dalam seni rupa modern komputer adalah fasilitas yang digunakan dalam menciptakan seni grafis atau desain grafis.

Bagaimana dengan bahan yang dimaksud? Pada umumnya adalah cat. Bisa cat air, cat minyak, cat semprot (kaleng), cat akrilik, cat besi, sampai cat kayu. Tergantung kita ingin memakai yang mana dan untuk media apa. Lalu yang tidak umum? Misalnya bahan dari arang (abu kayu), ampas kopi, bulu, debu pada kaca, rambut, pasir dan sebagainya. Bagi orang awam mungkin aneh, tapi bagi pelaku seni rupa ini adalah hal yang biasa. Semakin kita rajin bereksperimen maka kita semakin mengenal banyak bahan yang bisa kita pakai untuk membuat gambar.

Proses Pembuatan
Sekarang kita akan berbicara soal proses pengerjaannya. Membuat karikatur bisa dilakukan secara manual atau menggunakan bantuan komputer.

Secara manual kita dituntut lebih peka dalam membaca karakter atau ciri khas seseorang. Karakter yang saya maksud di sini adalah wajah. Untuk bagian wajah, mata dan mulut seseorang harus diperhatikan dengan baik karena kuncinya ada di sini. Bukan berarti kuping atau alis tidak penting lho.

Menggambar karikatur secara manual memang dibutuhkan jam terbang. Artinya tidak bisa orang yang baru belajar langsung bisa, kecuali punya bakat alami. Tapi jangan khawatir, meskipun tidak punya bakat belajar menggambar itu bisa dipelajari—yang penting ada niat dan kemauan.

Untuk karikatur dengan proses komputer kita bisa menggunakan banyak program. Jika kita ingin mengolah foto untuk dijadikan karikatur, hemat saya program yang tepat adalah Adobe Photoshop. Pada menu filternya, silakan Anda mencoba fasilitas liquify. Fungsinya untuk membuat distorsi pada bagian-bagian tertentu.

Tapi kalau kita membuatnya mulai dari nol bisa menggunakan program berbasis vektor atau garis. Misalnya Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe Illustrator. Tinggal dipilih dan disesuaikan kebutuhan kita saja.

Ide dan inspirasi bersumber dari alam (lingkungan terdekat kita). Tuhan menciptakan banyak hal untuk manusia. Maka sayang untuk disia-siakan begitu saja.

Mohon maaf jika tulisan di atas kurang lengkap. Silakan dilengkapi demi kesempurnaan tulisan ini. Saran dan kritik terbuka.

NIKMATNYA SABAR..

Kebanyakan orang lengah saat keadaan menjepitnya. Banyak yang terpengaruh untuk meledak-ledakan amarahnya untuk mendapatkan satu hal yaitu RASA PUAS..
Sebagian besar dari mereka merasa kalut dan den memilih untuk meluapkan kekesalannya dengan marah..
Tetapi sesungguhnya sangat disayangkan karena mereka lupa akan satu hal, yaitu NIKMATNYA SABAR.
Andai saja sejenak dapat berpikir, tentu pikiran itu sendiri yang akan membawa kita untuk memilih bersabar ketimbang marah dengan tanpa kejelasan.
Sedikit alasan, Karena sesungguhnya marah dan cara lain itu adalah pengaruh kotornya pikiran yang diseimbangkan oleh rusaknya hati atas pengaruh setan sehingga hasil yang selanjutnya didapat tidak akan lebih baik.
Lalu dimana letak nikmatnya sabar?
Saat kita mampu melawan rasa marah tadi, rasa puas yang sebenarnya harus diraih sebenarnya bukanlah saat kita mampu melampiaskan kemarahan tetapi tentang bagaimana kita mampu mengalahkan rasa marah tersebut.
Sehingga tidak sedikitpun terdapat penyesalan atas tindakan-tindakan bodoh nantinya.

Nytoba nikmatin sabar yoook..
hee..



Wahai diriku..
Mohonlah keampunan Tuhan-Mu!
Mohonlah pertolongan Tuhan-Mu!
Hanyalah kepada Allah s.w.t. aku bergantung harap…
Jika Engkau membiarkan diriku ini, siapalah yang dapat membantuku?
Jika Engkau berkehendak mengurniakan kebaikan kepada diriku, siapalah yang dapat menghalangnya?
Ya Allah! Jadikan bagiku jalan keluar dari kesusahanku ini, berikan aku kekuatan dan kesabaran!
Semoga Kebutaanku dahulu akan nikmatnya Sabar tak akan kutemui lagi kini...
Amin.

Wa Allahu A’lam..

Coretan Dari Manusia Yang Lupa

Ingatlah teman..
Apabila engkau banyak berkata kata
Disitulah masuknya kata dusta..

Ingatlah teman..
Apabila engkau banyak berlebih lebihan suka
Disitulah engkau mengundang duka..


Ingatlah teman..
Apabila anak tidak di latih
Jika besar orang tuanya akan letih..

Ingatlah teman..
Apabila engkau banyak mencela orang
Itulah tandanya engkau kurang..

Ingatlah teman..
Apabila engkau banyak tidur
Sia sialah sajalah umur..

Ingatlah teman..
Apabila engkau menerima kabar
Menerima itu hendaknya sabar..

Ingatlah teman..
Apabila engkau Mendengar aduan
Membicarakan hendaknya wujud cemburuan..

Ingatlah teman.
Apabila engkau mendengar perkataan lemah lembut
Lekaslah engkau untuk ikut..

Ingatlah teman..
Apabila engkau mendengar pekataan kasar
Lekaslah engkau gusar..

Ingatlah teman..
Apabila engkau benar
Jangan boleh orang berbuat onar..

NIKMAT dibalik SENGSARA

Suatu hari, seekor anak kerang yang berada jauh di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir yang amat tajam memasuki tubuhnya yang merah dan amat lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebelah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.” Si ibu terdiam, sejenak, “Aku tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu, jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang terasa menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang sementara bisa kau perbuat sambil berdoa kepada Tuhan ”, ujar sang ibu dengan merdu.
Anak kerang pun menjalani nasehat sang bunda. Ada hasil yang ia rasa, tetapi rasa sakit kadang masih menghampiri. Kadang di tengah kesakitan yang di alaminya, ia kerap meragukan nasehat ibunya. Dengan bermodal doa dan kucuran air matanya ia bertahan hingga bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin menghalus. Rasa sakit tersa semakin lebih wajar.
Akhirnya setelah sekian tahun, sebutir mutiara besar utuh mengkilap dan berharga mahal pun terbentuk sempurna. Penderitaan yang selama ini dialaminya pun berubah menjadi mutiara , air matanya pun berubah menjadi sangat berharga. Dirinya pun kini, sebagai hasil deritanya bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang hanya disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan ataupun tempat-tempat makan.
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”. Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak kuat dalam menjalani cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki, menjadi ‘kerang biasa’ yang disantap orang atau menjadi ‘kerang penghasil mutiara’. Sayangnya, saat ini banyak orang yang hanya memiliki keinginan pada pilihan kedua tetapi yang mereka lakukan di alam nyata adalah memilh menjadi pilihan pertama.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakkan, kekecewaan, patah hati atau terluka karena diri sendiri, orang di sekitar kita atau bahkan keadaan. Cobalah tetap tersenyum untuk berjalan di lorong tersebut sambil berkata dalam hati “Airmataku diperhitungkan Tuhan dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.” SEMOGA....
NOTE : Sebagai tambahan transendental diasumsikan oleh penulis adalah sebuah hubungan transparansi antara manusia dan Sang Khalik dalam sebuah abstraksi. Sebuah transformasi yang ditawarkan dleh-Nya pada kita sebagai umat-Nya.

Gejala dan Akibat Yang Terjadi Pada Kanker Otak..

Sekali lagi saya mencoba berbagi sedikit pengetahuan. Kali ini saya mencoba mengumpulkan tentang beberapa gejala utama pada penderita penyakit kanker otak. Informasi ini dikumpulkan melalui majalah kesehatan, buletin board pada rumah sakit kanker, serta interview langsung terhadap beberapa penderita kanker otak. Semoga bermanfaat.

Gejala penyakit kanker otak dan penyebabnya harus di waspadai untuk mencari cara pengobatan lebih lanjut mengenai penyakit kanker otak. Gejala umum untuk penyakit kanker otak adalah muntah – muntah yang tiba-tiba atau sering di sebut muntah yang proyektil serta di ikuti dengan hal-hal berikut ini :

1. Kelemahan anggota gerak sampai kelumpuhan
Kelumpuhan merupakan spekulasi terkecil bagi seorang penderita kanker otak jika ia mampu mengelak dari kematian. Mengapa? Karena seperti kita tahu, otak merupakan sumber dari segala kegiatan yang kita lakukan, mulai dari bergerak hingga berpikir. Otak mengatur segala kebutuhan yang ada pada fisik kita. Perlu diinformasikan bahwa sebenarnya seseorang sedikitnya berpikir terlebih dahulu dalam hitungan sepersekian detik ketika hendak bergerak, dengan alasan tersebut dapat dimengerti mengapa seorang penderita kanker otak memiliki spekulasi besar untuk mengalami kelumpuhan dalam sisa hidupnya.

2. Penurunan penglihatan sampai kebutaan
Syaraf mata merupakan syaraf paling sensitif yang mengalami pengaruh besar atas kerusakan kecil sekalipun pada sistem kerja syaraf pada otak. Dan kita semua tentu tahu bagaimana spekulasi terbesar pada kerusakan syaraf mata adalah kebutaan.

3. Hilangnya keseimbangan
Otak yang dipilah menjadi otak kanan dan otak kiri atau banyak juga yang menyebutnya otak besar dan otak kecil juga mengatur secara keseluruhan mengenai keseimbangan pada tubuh. Sering pingsan yang tak kenal waktu maupun tempat merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan oleh rusaknya sebuah sistem kerja pada syaraf di otak.

4. Kesemutan, sampai tidak berasa sama sekali ( mati rasa )
Kesemutan atau bahkan keram sekalipun menjadi hal yang biasa dialami seorang penderita kanker otak karena hilangnya beberapa fungsi dari kinerja neuron yang tidak mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal. Hal ini biasanya timbul ketika penderita terlalu banyak menggunakan otaknya untuk brfikir atau bisa juga karena keletihan yang berlebihan, karena seperti yang disebutkan di atas sebenarnya manusia terlebih dahulu berfikir ketika hendak bergerak. Hal ini sering ditanggulangi sebagian dokter dengan cara menimbulkan rasa sakit untuk menutupi keram atau kesemutan sebelum terjadi hal fatal yakni mati rasa yang bisa saja mengakibatkan syarf tidak mampu bekerja sama sekali.

5. Gangguan penciuman
Gangguan pada indera penciuman juga merupakan hal yang logis karena bernafas merupakan hal yang sangat penting bagi tubuhdalam melakukan sirkulasi gas dalam tubuh. Kerusakan sistem saraf pada otak terdengar begitu jahat karena juga menyerang salah satu aktivitas sensitif pada tubuh ini. sedikit tambahan bahwa dalam melakukan penciuman memerlukan tingkat keseimbangan yang tinggi.

6. Gangguan bicara apabila terkena diarea atau pusat bicara
Bicara memerlukan banyak kinerja syaraf, untuk alasan tersebut dampak pada gangguan bicara merupakan salah satu spekulasi bagi penderita kanker otak. Hanya saja bedanya, tidak semua pennderita memiliki spekulasi sama besarnya terhadap gangguan pada bicara. Seperti kita tahu bersama, diilustrasikan seseorang yang bisu begitu pula dengan seseorang yang tuli hanya mendapatkan gangguan dalam beraktivitas sehari-hari tetapi sebenarnya ia tetap dalam menjalani kehidupan normal sehari-hari hanya saja kekurangan salah satu inderanya.

7. Turunnya kesadaran bila terkena batang otaknya
Penting untuk dtegaskan sebelumnya, Batang otak adalah pusat dari segala pusat dari kehidupan manusia normal. Kerusakan pada bagian ini tentu dapat dibayangkan bisa membuat hidup seolah tak berarti. kalau berfikir saja tidak mampu dilakukan bagaimana seseorang hendak melakukan aktivitas lainnya? Sesungguhnya kelainan kanker yang menyerang batang otak hanya memiliki persentase sangat kecil untuk bertahan hidup lebih lama. Berdasarkan catatan dan survei kesehatan yang dilakukan salah satu pusat kesehatan di Amerika, Seseorang penderita Kanker yang terserang pada bagian ini tidak pernah bertahan lebih dari 7 tahun semenjak ia mengalaminya pertama kali.

Broken Home, Wujud Pelanggaran Hak Anak



Salah satu hak anak yang tertuang dalam Konvensi Hak Anak (KHA) adalah mendapatkan lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Sebagai tempat tumbuh kembangnya anak, rumah menjadi institusi paling awal dan terpenting bagi anak. Saat anak tidak merasa nyaman di tengah-tengah keluarganya, dapat dipastikan ada masalah yang mengganggunya. Bukan untuk waktu sementara, masalah yang dialami anak di lingkungan keluarga pun akan berimbas pada kehidupannya di masa-masa berikutnya. Ketimpangan antara keadaan yang diharapkan anak dengan kenyataan yang dialaminya menjadi pemicu terganggunya perkembangan pribadi anak.
Akan mudah jika masalah itu datang dari diri anak, seperti rasa malas membantu anggota keluarga yang lain membersihkan rumah. Dengan teguran dan contoh yang baik (uswatun hasanah) dari orangtua, anak akan berubah dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan keluarga tanpa merasa dipaksa melakukannya. Namun bila masalah dalam keluarga ditimbulkan orangtua yang seharusnya memberi kenyamanan, tentu akan lebih sulit penyelesaiannya. Egoisme orangtua kerap menjadi penghambat keharmonisan keluarga. Padahal merupakan hak anak untuk tumbuh di tengah-tengah keluarga yang mencintainya.
Dalam setiap kasus broken home, anak selalu menjadi atau dijadikan korban. Menjadi korban karena haknya mendapat lingkungan keluarga yang nyaman telah dilanggar. Dijadikan korban karena orangtua kerap melibatkan anak dalam konflik keluarga. Banyak orangtua yang saling tarik-menarik anak saat konflik berlangsung dengan alasan cinta. Dalam bingung, anak terombang-ambing antara dua orang yang mengaku paling menyayanginya. Adakah cinta orangtua yang tidak saling mencintai untuk anak yang membutuhkan cinta tulus?
Ironisnya, banyak diantara anak korban broken home yang memilih lari dari keluarganya dan bersahabat dengan narkoba atau hal-hal negatif lainnya. Dalam beberapa kasus, orangtua malah menyalahkan anak yang tidak bijak memilih pergaulan atau justru saling menyalahkan yang menambah beban pikiran anak. Jika dibiarkan, hal tersebut akan menghilangkan kepercayaan anak terhadap orangtua. Akhirnya, keberadaan orangtua tidak lagi dianggap penting oleh anak.

Lingkungan Kondusif bagi Anak
Dalam Building Positive Communication (2006:17), Savitri Ramadhani menuliskan hasil penelitian Burton L. White (1971) bersama timnya yang menemukan pengaruh model pengasuhan orangtua terhadap perkembangan anak. Dalam penelitian yang dinamakan The Harvard Preschool Project itu, ditemukan perbedaan yang mencolok pada anak terkait dengan kemampuan orangtua mendesain lingkungan kondusif bagi anak, kemampuan berperan sebagai ‘konsultan’ dan kemampuan menyeimbangkan antara memberi kebebasan dan pembatasan bagi anak.
Tinggal di tengah-tengah lingkungan keluarga yang kondusif merupakan hak anak yang wajib dipenuhi orangtua. Keharmonisan keluarga menimbulkan dampak besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Kenyamanan dan kehangatan yang dirasakan anak di tengah-tengah keluarganya akan membentuk sikap-sikap positif pada diri anak. Begitu pula cinta tulus dan kasih sayang yang ditunjukkan orangtua dan anggota keluarga lain akan meyakinkan anak bahwa ia dianggap penting dan akan memotivasinya untuk berbuat yang terbaik bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Menurut Stinnet & DeFrain, seperti dikutip Savitri Ramadhani dalam bukunya Building Positive Communication (2006:23), bahwa keluarga harmonis mempunyai karakteristik tertentu, yaitu kehidupan beragama yang baik di dalam keluarga, mempunyai waktu bersama antara sesama anggota keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, saling menghargai antara sesama anggota keluarga, masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai suatu ikatan kelompok dan ikatan kelompok ini bersifat erat dan kohesif, bila terjadi permasalahan dalam keluarga, maka masalah tersebut dapat diselesaikan secara positif dan konstruktif.

Dari uraian di atas, terbaca jelas betapa pentingnya keharmonisan keluarga bagi perkembangan anak. Bahwa hubungan yang terjalin antar orangtua, orangtua dengan anak dan antar anak memberi pengaruh besar bagi pribadi anak.
Sebagai orang dewasa dengan pengalaman dan pengetahuan yang lebih dibanding anak, orangtua diharapkan dapat memberi yang terbaik bagi anak-anaknya. Kenyamanan dan kehangatan keluarga merupakan hak seluruh anggota keluarga, khususnya anak. Banyak nilai-nilai positif yang akan menjadi bagian pribadi anak jika hak tersebut terpenuhi dengan baik. Sebaliknya, ketidakharmonisan keluarga akan menjadi bumerang bagi perkembangan kepribadian anak. Tidak sedikit anak yang tumbuh menjadi pribadi pemurung, penyendiri, minderan atau mengidap prilaku negatif lainnya diakibatkan lingkungan keluarga yang tidak harmonis.

To Do, To Have, or To Be?

Ada masa di mana orang terfokus untuk melakukan sesuatu (to do). Ada saat memfokuskan diri untuk mengumpulkan (to have). Ada yang giat mencari makna hidup (to be). Celakanya, tidak semua orang mampu melewati tiga tahapan proses itu.

Fase pertama, fase to do. Pada fase ini, orang masih produktif. Orang bekerja giat dengan seribu satu alasan. Tapi, banyak orang kecanduan kerja, membanting tulang, sampai mengorbankan banyak hal, tetap tidak menghasilkan buah yang lebih baik. Ini sangat menyedihkan. Orang dibekap oleh kesibukan, tapi tidak ada kemajuan. Hal itu tergambar dalam cerita singkat ini. Ada orang melihat sebuah sampan di tepi danau. Segera ia meloncat dan mulailah mendayung. Ia terus mendayung dengan semangat. Sampan memang bergerak. Tapi, tidak juga menjauh dari bibir danau. Orang itu sadar, sampan itu masih terikat dengan tali di sebuah tiang.

Fase kedua, fase to have. Pada fase ini, orang mulai menghasilkan. Tapi, ada bahaya, orang akan terjebak dalam kesibukan mengumpulkan harta benda saja. Orang terobesesi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Meski hartanya segunung, tapi dia tidak mampu menikmati kehidupan. Matanya telah tertutup materi dan lupa memandangi berbagai keindahan dan kejutan dalam hidup. Lebih-lebih, memberikan secuil arti bagi hidup yang sudah dijalani. Banyak orang masuk dalam fase ini.

Dunia senantiasa mengundang kita untuk memiliki banyak hal. Sentra-sentra perbelanjaan yang mengepung dari berbagai arah telah memaksa kita untuk mengkonsumsi banyak barang.

Bahkan, dunia menawarkan persepsi baru. Orang yang sukses adalah orang yang mempunyai banyak hal. Tapi, persepsi keliru ini sering membuat orang mengorbankan banyak hal. Entah itu perkawinan, keluarga, kesehatan, maupun spiritual.

Secara psikologis, fase itu tidaklah buruk. Harga diri dan rasa kepuasan diri bisa dibangun dengan prestasi-prestasi yang dimiliki. Namun, persoalan terletak pada kelekatannya. Orang tidak lagi menjadi pribadi yang merdeka.

Seorang sahabat yang menjadi direktur produksi membeberkan kejujuran di balik kesuksesannya. Ia meratapi relasi dengan kedua anaknya yang memburuk. "Andai saja meja kerja saya ini mampu bercerita tentang betapa banyak air mata yang menetes di sini, mungkin meja ini bisa bercerita tentang kesepian batin saya...," katanya.

Fase itu menjadi pembuktian jati diri kita. Kita perlu melewatinya. Tapi, ini seperti minum air laut. Semakin banyak minum, semakin kita haus. Akhirnya, kita terobsesi untuk minum lebih banyak lagi.

Fase ketiga, fase to be. Pada fase ini, orang tidak hanya bekerja dan mengumpulkan, tapi juga memaknai. Orang terus mengasah kesadaran diri
untuk menjadi pribadi yang semakin baik. Seorang dokter berkisah. Ia terobesesi menjadi kaya karena masa kecilnya cukup miskin. Saat umur menyusuri senja, ia sudah memiliki semuanya. Ia ingin mesyukuri dan memaknai semua itu dengan membuka banyak klinik dan posyandu di desa-desa miskin.

Memaknai hidup

Ia memaknai hidupnya dengan menjadi makna bagi orang lain. Ada juga seorang pebisnis besar dengan latar belakang pertanian hijrah ke desa untuk memberdayakan para petani. Keduanya mengaku sangat menikmati pilihannya itu.

Fase ini merupakan fase kita menjadi pribadi yang lebih bermakna. Kita menjadi pribadi yang berharga bukan karena harta yang kita miliki, melainkan apa yang bisa kita berikan bagi orang lain.

Hidup kita seperti roti. Roti akan berharga jika bisa kita bagikan bagi banyak orang yang membutuhkan. John Maxwell dalam buku Success to Significant mengatakan "Pertanyaan terpenting yang harus diajukan bukanlah apa yang kuperoleh. Tapi, menjadi apakah aku ini?"

Nah, Mahatma Gandhi menjadi contoh konkret pribadi macam ini. Sebenarnya, ia menjadi seorang pengacara sukses. Tapi, ia memilih memperjuangkan seturut nuraninya. Ia menjadi pejuang kemanusiaan bagi kaum papa India.

Nah, di fase manakah hidup kita sekarang? Marilah kita terobsesi bukan dengan bekerja atau memiliki, tetapi menjadi pribadi yang lebih matang, lebih bermakna dan berkontribusi!

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua...One Love One Soul..!

Sumber : Pribadi To Do, To Have, atau To Be? oleh Anthony Dio Martin
 

hope you like jamming too . . . Design by Insight © 2009